oleh: Dr.Shalih bin Fauzan bin Abdullah Al fauzanHal ini berarti siapa yang mengakui tauhid rububiyah
untuk Allah, dengan mengimani tidak ada pencipta, pemberi rizki dan
pengatur alam kecuali Allah, maka ia harus mengakui bahwa tidak ada yang
berhak menerima ibadah dengan segala macamnya kecuali Allah Subhannahu
wa Ta'ala . Dan itulah tauhid uluhiyah.
Tauhid uluhiyah,
yaitu tauhid ibadah, karena ilah maknanya adalah ma'bud (yang
disembah). Maka tidak ada yang diseru dalam do'a kecuali Allah, tidak
ada yang dimintai pertolongan kecuali Dia, tidak ada yang boleh
dijadikan tempat bergantung kecuali Dia, tidak boleh menyembelih kurban
atau bernadzar kecuali untukNya, dan tidak boleh mengarahkan seluruh
ibadah kecuali untukNya dan karenaNya semata.
Jadi,
tauhid rububiyah adalah bukti wajibnya tauhid uluhiyah. Karena itu
seringkali Allah membantah orang yang mengingkari tauhid uluhiyah dengan
tauhid rububiyah yang mereka akui dan yakini. Seperti firman Allah
Subhannahu wa Ta'ala: "Hai manusia, sembahlah Tuhanmu Yang telah
menciptakanmu dan orang-orang yang sebelummu, agar kamu bertakwa. Dialah
Yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai atap,
dan Dia menurunkan air (hujan) dari langit, lalu Dia menghasilkan dengan
hujan itu segala buah-buahan sebagai rezki untukmu; karena itu
janganlah kamu mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah, padahal kamu
mengetahui." (Al-Baqarah: 21-22)
Allah
memerintahkan mereka bertauhid uluhiyah, yaitu menyembahNya dan
beribadah kepadaNya. Dia menunjukkan dalil kepada mereka dengan tauhid
rububiyah, yaitu penciptaanNya terhadap manusia dari yang pertama hingga
yang terakhir, penciptaan langit dan bumi serta seisinya, penurunan
hujan, penumbuhan tumbuh-tumbuhan, pengeluaran buah-buahan yang menjadi
rizki bagi para hamba.
Maka
sangat tidak pantas bagi mereka jika menyekutukan Allah dengan yang
lainNya; dari benda-benda atau pun orang-orang yang mereka sendiri
mengetahui bahwa ia tidak bisa berbuat sesuatu pun dari hal-hal tersebut
di atas dan lainnya. Maka jalan fitri untuk menetapkan tauhid uluhiyah
adalah berdasarkan tauhid rububiyah.
Karena
manusia pertama kalinya sangat bergantung kepada asal kejadiannya,
sumber kemanfaatan dan kemadharatannya. Setelah itu berpindah kepada
cara-cara ber-taqarrub kepadaNya, cara-cara yang bisa membuat ridhaNya
dan yang menguatkan hubungan antara dirinya dengan Tuhannya.
Maka
tauhid rububiyah adalah pintu gerbang dari tauhid uluhiyah. Karena itu
Allah ber-hujjah atas orang-orang musyrik dengan cara ini. Dia juga
memerintahkan RasulNya untuk ber-hujjah atas mereka seperti itu. Allah
Subhannahu wa Ta'ala berfirman: "Katakanlah: 'Kepunyaan siapakah bumi
ini, dan semua yang ada padanya, jika kamu mengetahui?' Mereka akan
menjawab: "Kepunyaan Allah." Katakanlah: "Maka apakah kamu tidak ingat?"
Katakanlah: "Siapakah Yang Empunya langit yang tujuh dan Yang Empunya
'Arsy yang besar?" Mereka akan menjawab: "Kepunyaan Allah." Katakanlah:
"Maka apakah kamu tidak bertakwa?" Katakanlah: "Siapakah yang di
tanganNya berada kekuasaan atas segala sesuatu sedang Dia melindungi,
tetapi tidak ada yang dapat dilindungi dari (azab)Nya, jika kamu
mengetahui?" Mereka akan menjawab: "Kepunyaan Allah." Katakanlah:
"(Kalau demikian), maka dari jalan manakah kamu ditipu?" (Al-Mu'minun: 84-89)
"(Yang
memiliki sifat-sifat yang) demikian itu ialah Allah Tuhan kamu; tidak
ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia; Pencipta segala sesuatu,
maka sembahlah Dia; ..." (Al-An'am: 102)
Dia
berdalil dengan tauhid rububiyah-Nya atas hakNya untuk disembah. Tauhid
uluhiyah inilah yang menjadi tujuan dari penciptaan manusia. Allah
Subhannahu wa Ta'ala berfirman: "Dan Aku tidak menciptakan jin dan
manusia melainkan supaya mereka menyembahKu." (Adz-Dzariyat: 56)
Seorang
hamba tidaklah menjadi muwahhid hanya dengan mengakui tauhid rububiyah
semata, tetapi ia harus mengakui tauhid uluhiyah serta mengamalkannya.
Kalau tidak, maka sesungguhnya orang musyrik pun mengakui tauhid
rububiyah, tetapi hal ini tidak membuat mereka masuk dalam Islam, bahkan
Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Salam memerangi mereka.
Padahal
mereka mengakui bahwa Allah-lah Sang Pencipta, Pemberi rizki, Yang
menghidupkan dan Yang mematikan. Firman Allah Subhannahu wa Ta'ala :
"Dan sungguh jika kamu bertanya kepada mereka: 'Siapakah yang
menciptakan mereka, niscaya mereka menjawab: 'Allah', ..." (Az-Zukhruf: 87)
"Dan
sungguh jika kamu tanyakan kepada mereka: 'Siapakah yang menciptakan
langit dan bumi?', niscaya mereka akan menjawab: ‘Semuanya diciptakan
oleh Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui'." (Az-Zukhruf: 9)
"Katakanlah,
'Siapakah yang memberi rezki kepadamu dari langit dan bumi, atau
siapakah yang kuasa (menciptakan) pendengaran dan penglihatan, dan
siapakah yang mengeluarkan yang hidup dari yang mati dan mengeluarkan
yang mati dari yang hidup dan siapakah yang mengatur segala urusan?'
Maka mereka akan menjawab: "Allah". (Yunus: 31)
Hal
semacam ini banyak sekali dikemukakan dalam Al-Qur'an. Maka barangsiapa
mengira bahwa tauhid itu hanya meyakini wujud Allah, atau meyakini
bahwa Allah adalah Al-Khaliq yang mengatur alam, maka sesungguhnya orang
tersebut belumlah mengetahui hakikat tauhid yang dibawa oleh para
rasul. Karena sesungguhnya ia hanya mengakui sesuatu yang diharuskan,
dan meninggalkan sesuatu yang mengharuskan; atau berhenti hanya sampai
pada dalil tetapi ia meninggalkan isi dan inti dari dalil tersebut.
Di
antara kekhususan ilahiyah adalah kesempurnaanNya yang mutlak dalam
segala segi, tidak ada cela atau kekurangan sedikit pun. Ini
mengharuskan semua ibadah mesti tertuju kepadaNya; pengagungan,
penghormatan, rasa takut, do'a, pengharapan, taubat, tawakkal, minta
pertolongan dan penghambaan dengan rasa cinta yang paling dalam, semua
itu wajib secara akal, syara' dan fitrah agar ditujukan khusus kepada
Allah semata. Juga secara akal, syara' dan fitrah, tidak mungkin hal itu
boleh ditujukan kepada selainNya.
Jumat, 13 Januari 2012
Langganan:
Posting Komentar (Atom)