Diberdayakan oleh Blogger.
 
Sabtu, 14 Januari 2012

10 Pembatal Keislaman

0 komentar
Pertanyaan.:  Apakah pembatal-pembatal Islam?
Jawaban :
Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab rahimahullah berkata:  'Ketahuilah, sesungguhnya pembatal islam terbesar ada sepuluh perkara:
Pertama:  syirik dalam beribadah kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala yang tiada sekutu baginya, berdasarkan firman Allah Subhanahu Wa Ta'ala:
قال الله تعالى: ﴿إِنَّ اللهَ لاَيَغْفِرُ أَن يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَادُونَ ذَلِكَ لِمَن يَشَآءُ﴾
Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. (QS. an-Nisa` :48)
Termasuk syirik adalah menyembelih bukan karena Allah Subhanahu Wa Ta'ala, termasuk orang yang menyembelih untuk jin atau kubah.
Kedua:  Barangsiapa yang menjadikan perantara di antaranya dan di antara Allah Subhanahu Wa Ta'ala, berdoa dan meminta syafaat kepada mereka niscaya ia menjadi kafir secara ijma'.
Ketiga:  Barangsiapa yang tidak mengkafirkan orang-orang musyrik atau meragukan kekafiran mereka, atau membenarkan kepercayaan mereka niscaya kafir secara ijma'.
Keempat:  Barangsiapa yang meyakini bahwa selain syari'at Nabi Salallahu Alayhi Wassalam lebih sempurna dari pada petunjuknya, atau sesungguhnya hukum selainnya lebih baik dari pada hukumnya , seperti orang-orang yang mengutamakan hukum thaghut di atas hukumnya, maka dia kafir.
Kelima:  Barangsiapa yang membenci sesuatu yang dibawa oleh Rasulullah Salallahu Alayhi Wassalam, sekalipun mengamalkannya, niscaya ia kafir dengan ijma', berdasarkan firman Allah Subhanahu Wa Ta'ala:
قال الله تعالى: ﴿ذَلِكَ بِأَنَّهُمْ كَرِهُوا مَآأَنزَلَ اللهُ فَأَحْبَطَ أَعْمَالَهُمْ﴾
Yang demikian itu adalah karena sesungguhnya mereka benci kepada apa yang diturunkan Allah (al-Qur'an) lalu Allah menghapuskan (pahala-pahala) amal-amal mereka. (QS. Muhammad:9)
Keenam:  Barangsiapa yang mengolok-olok sesuatu dari agama Allah Subhanahu Wa Ta'ala, atau pahala-Nya Subhanahu Wa Ta'ala, atau siksa-Nya Subhanahu Wa Ta'ala niscaya ia menjadi kafir, berdasarkan firman Allah Subhanahu Wa Ta'ala:
قال الله تعالى: ﴿قُلْ أَبِاللهِ وَءَايَاتِهِ وَرَسُولِهِ كُنتُمْ تَسْتَهْزِءُونَ * لاَتَعْتَذِرُوا قَدْ كَفَرْتُم بَعْدَ إِيمَانِكُمْ﴾
Katakanlah:"Apakah dengan Allah, ayat-ayat-Nya dan Rasul-Nya kamu selalu berolok-olok?". * Tidak usah kamu minta maaf, karena kamu kafir sesudah beriman. (QS. Taubah :65-66)
Ketujuh:  sihir, dan termasuk jenis sihir sharf (pengasih, supaya mengasihi) dan 'athf (pembenci, supaya membenci). Maka barangsiapa yang melakukannya atau ridha dengannya niscaya ia kafir. Dalilnya adalah firman Allah Subhanahu Wa Ta'ala:
قال الله تعالى: ﴿وَمَا يُعَلِّمَانِ مِنْ أَحَدٍ حَتَّى يَقُولآ إِنَّمَا نَحْنُ فِتْنَةٌ فَلاَ تَكْفُرْ﴾
…sedang keduanya tidak mengajarkan (sesuatu) kepada seorangpun sebelum mengatakan:"Sesungguhnya kami hanya cobaan (bagimu), sebab itu janganlah kamu kafir"… (QS. al-Baqarah:102)
Kedelapan:  Membela orang-orang musyrik dan menolong mereka melawan kaum muslimin. Dalilnya adalah firman Allah Subhanahu Wa Ta'ala:
قال الله تعالى: ﴿وَمَن يَتَوَلَّهُم مِّنكُمْ فَإِنَّهُ مِنْهُمْ إِنَّ اللهَ لاَيَهْدِي الْقَوْمَ الظَّالِمِينَ﴾
Barangsiapa di antara kamu mengambil mereka menjadi pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim. (QS. al-Maidah:51)
Kesembilan:  Barangsiapa yang meyakini bahwa sebagian manusia tidak wajib mengikuti Nabi Salallahu Alayhi Wassalam, dan sesungguhnya ia bisa keluar dari syari'atnya.
Kesepuluh:  berpaling dari agama Allah Subhanahu Wa Ta'ala, tidak mempelajarinya dan tidak pula mengamalkannya, berdasarkan firman Allah Subhanahu Wa Ta'ala:
قال الله تعالى: ﴿وَمَنْ أَظْلَمُ مِمَّن ذُكِّرَ بِئَايَاتِ رَبِّهِ ثُمَّ أَعْرَضَ عَنْهَآ إِنَّا مِنَ الْمُجْرِمِينَ مُنتَقِمُونَ﴾
Dan siapakah yang lebih zalim daripada orang yang telah diperingatkan dengan ayat-ayat Rabbnya, kemudian ia berpaling daripadanya Sesungguhnya Kami akan memberikan pembalasan kepada orang-orang yang berdosa. (QS. Sajdah :22)

Tidak adalah perbedaan pada semua pembatal iman ini di antara bercanda, serius dan takut, kecuali orang yang dipaksa, dan semuanya termasuk bahaya yang besar dan yang paling banyak terjadi.  Seorang muslim harus berhati-hati dan takut darinya atas dirinya, dan berlindung kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala dari yang menyebabkan murka-Nya dan kepedihan siksa-Nya. semoga Allah Subhanahu Wa Ta'ala memberi rahmat kepada Muhammad Salallahu Alayhi Wassalam.

Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab – ad-Durarus Saniyah cet/5 (10/91).
Read more...

Pasal 1. Definisi Bid’ah, Macam-macam dan hukum-hukumnya

0 komentar
A. Pengertian Bid'ah

Bid'ah dalam bahasa artinya: membuat sesuatu yang baru tanpa ada contoh sebelumnya.

QS Al-Baqarah ayat 117
QS. Al-Ahqaf:9

Ibtida' (membuat sesuatu yang baru) itu ada 2 macam:

  • Membuat sesuatu yang baru dalam hal adat (atau urusan keduniaan), seperti penemuan-penemuan modern. Hal ini boleh-boleh saja, karena hukum asal dalam adat itu adalah mubah.
  • Membuat sesuatu yang baru dalam agama dan hal ini haram hukumnya. Karena, hukum asal dalam hal keagamaan adalah tauqif (terbatas pada apa uang diajarkan oleh syari'at)

    Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
    "Barangsiapa yang membuat (sesuatu yang baru) dalam urusan (agama) kita ini, yang bukan darinya (Al-Qur'an dan Hadits) maka dia adalah tertolak." (HR Bukhari dan Muslim)

    Dalam riwayat lain disebutkan:
    "Barangsiapa yang melakukan amalan yang tidak ada padanya (dasarnya dalam) urusan (agama) kita, maka dia tertolak." (HR Muslim)
B. Macam-macam Bid’ah

Bid'ah dalam agama ini ada dua macam:

  1. Bid'ah Qauliyah I'tiqadiyah (bid'ah pandangan dalam keyakinan)
    Seperti: perkataan kelompok Jahmiyah, Mu'tazilah serta seluruh kelompok sesat lainnya dan keyakinan-keyakinan mereka
  2. Bid'ah dalam ibadah
    Seperti: beribadah kepada Allah Subhanu wa Ta'ala, dengan bentuk ibadah yang tidak diajarkan
Bagian-bagiannya:
  1. Bid'ah yang terjadi pada asal-usul ibadah
    Misalnya: membuat ibadah yang tidak ada dasarnya dalam syaria'at seperti perayaan Maulud Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam
  2. Bid'ah berupa penambahan terhadap ibadah yang memang disyariatkan
    Misalnya: menambah rakaat kelima pada sholat Dzuhur atau sholat Ashar
  3. Bid’ah yang terjadi pada cara pelaksanaan ibadah yang disyariatkan
    misalnya: melaksanakan ibadah tersebut dengan cara yang tidak sesuai dengan yang diajarkan, seperti: membaca dzkir dengan cara koor (bersama-sama) dan berlagu, memperketat diri dalam melaksanakan ibadah sampai batas keluar dari yang dicontohkan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam
  4. Bid'ah berupa pengkhususan waktu tertentu untuk melaksanakan ibadah yang disyariatkan. Sementara syari'at Islam tidak mengkhususkan waktu tersebut.
    Seperti mengkhusukan hari nisfu sya'ban (pertengahan bulan sya'ban) untuk berpuasa dan shalat malam.
C. Hukum-hukum Bid’ah dalam agama

Setiap bid'ah dalam agama adalah haram dan sesat berdasarkan sabda Rasulullah shallallhu 'alaihi wa sallam:
"Jauhilah oleh kalian perkara-perkara baru, (sebab) sesungguhnya setiap perkara yang baru itu adalah bid'ah dan setiap bid'ah itu sesat.' (HR Abu Dawud dan Tirmidzi)

Jenis-jenis bid’ah:

  1. Bid'ah yang hukumnya jelas-jelas kafir
    Seperti:
    - Thawaf dikuburan untuk bertaqarrub kepada penghuni kuburan tersebut
    - Mempersembahkan kurban dan nadzar untuk kuburan
    - Berdo'a (memohon sesuatu) pada penghuni kuburan dan meminta pertolongan kepada mereka
    - Perkataan-perkataan, ekstrimis kelompok Jamiyah & Mu'tazilah
  2. Bid'ah yang dapat menyampaikan pada perbuatan syirik
    Seperti: membangun diatas kuburan atau melakukan shalat dan berdo'a dikuburan
  3. Bid'ah yang termasuk perbuatan dosa dan penyimpangan dari segi akidah
    Seperti: bid'ahnya kaum Qadariyah & Murji'ah dalam perkataan dan aqidah mereka yang bertentangan dengan dalil-dalil syar'i
  4. Bid'ah yang termasuk perbuatan maksiat
    Seperti: tidak mau kawin / berpuasa ditengah terik matahari, dan lain sebagainya
PERHATIAN:Barangsiapa yang membagi bid'ah kepada bid'ah hasanah (yang baik) dan bid'ah sayyi'ah (yang jelek) maka dia telah melakukan kekeliruan dan menyalahi sabda Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam: "Sesungguhnya setiap bid'ah itu adalah sesat."

Read more...

Pasal 2. Timbulnya Bid’ah dalam Kehidupan Kaum Muslimin dan Penyebab-penyebabnya

0 komentar



A. Timbulnya Bid'ah dalam kehidupan kaum muslimin

Waktu timbulnya bid'ah:
Syaikh Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata (dalam Majmul Fatawa 10/354):
"Ketahuilah bahwa semua bid'ah yang berkaitan dengan ilmu pengetahuan dan ibadah, terjadi pada umat ini dimasa akhir-akhir kepimimpinan Khulafar Rasyidin, sebagaimana disabdakan oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam: "Barangsiapa diantara kalian yang hidup (lama) maka dia akan melihat banyak pertentangan / perselisihan, hendaklah kalian berpegang teguh dengan sunnahku dan sunnah para Khular Rasyidin yang mendapatkan hidayah." (HR Abu Daud dan At-Tirmidzi)

Tempat timbulnya bid’ah
5 negeri –negeri besar yang dihuni oleh para sahabat Rasulullah shalllallahu 'alaihi wa sallam dan memancar darinya (cahaya) ilmu dan iman: Mekkah, Madinah, Kufah, Basrah, Syam

Dari sanalah keluarnya Al-Qur'an, hadist, fiqih dan ibadah berikut masalah-masalah keIslaman lainnya. Dan keluar pula dari negeri-negeri tersebut (terkecuali Madinah) berbagai bid'ah dalam masalah ushul (dasar agama).

B. Penyebab timbulnya bid’ah

Firman Allah dalam QS Al-An'am : 153 agar kita berpegang teguh kepada Kitab dan Sunnah.
Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Mas'ud Radhiallahu 'anhu, dia berkata: "Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam membuat garis untuk kita, lalu beliau bersabda, "Ini adalah jalan Allah, kemudian beliau membuat banyak garis disebelah kanan dan sebelah kirinya, lalu beliau bersabda: "Ini adalah jalan-jalan (lain) dan pada setiap jalan tersebut ada syaithan yang mengajak orang-orang kepadanya."

  1. Ketidak tahuan terhadap hukum agama
    Bertambah panjang perjalanan masa dan bertambah jauh manusia dari ajaran-ajaran Islam, bertambah sedikitlah ilmu dan tambah meluaslah kebodohan.

    Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
    "Sesungguhnya Allah tidak mencabut ilmu itu dengan langsung mencabutnya dari hamba-hambaNya, akan tetapi Dia mencabut ilmu dengan mewafatkan ulama, sehingga bila tidak tersisa seorang alimpun, maka manusia akan megangkat pemimpin yang bodoh, lalu mereka (para pemimpin) ditanya kemudian mereka menjawab tanpa didasari ilmu pengetahuan, akhirnya mereka sesat dan menyesatkan (dalam Jaami'ul Bayaanil 'Ilmi wa Radhlihi, oleh Ibnu 'Abdil Barri (1:180)
  2. Mengikuti hawa nafsu
    Berpaling dari Kitab dan Sunnah berarti dia telah mengikuti hawa nafsunya.
    Firman Allah dalam: QS Al-Qashash:50, QS Al-Jatsiyah:23
    Dan perbuatan –perbuatan bid’ah itu tidak lain hanyalah hasil dari hawa nafsu yang diperturutkan
  3. Fanatisme terhadap pendapat dan tokoh tertentuHal ini dapat mengahalangi seseorang dari mengikuti dalil dan mengetahui kebenaran. Allah subhanahu wa ta'ala berfirman dlm QS Al-Baqarah : 170

    Dan begitulah sikap orang-orang yang fanatik pada zaman sekarang ini, dari sebagian pengikut aliran-aliran Sufi dan orang-orang Quburiyyin (tukang ziarah dan tawassul kekuburan).
  4. Meniru-niru orang kafir
    Dalam hadistnya Abu Waqid Al-Laitisy yang berkata:
    "Kami pernah keluar bersama Rasulullah shallalllahu 'alaihi wa sallam ke perang Hunain, (saat itu) kami baru saja lepas dari kekafiran (baru masuk Islam). Orang-orang musyrik (saat itu ) mempunyai pohon bidara yang mereka sering menetap lama di sisi pohon tersebut dan menggantungkan senjata-senjata mereka disitu. Pohon tersebut dikenal dengan nama "Dzatul Anwath" (tempat menggantungkan). Tatkala kami melewati sebuah pohon bidara, lalu kami berkata: "Ya Rasulullah, jadikanlah buat kami pohon ini sebagai Dzatul Anwath sebagaimana mereka (orang-orang musyrik) mempunyai juga Dzatul Anwath."

    Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
    "Allahu Akbar, demi Allah yang jiwaku berada ditanganNya, sungguh kalian telah mengatakan seperti apa yang telah dikatakan oleh kaum Bani Israil kepada Musa: (QS Al-A’raf:138), Sungguh kalian akan meniru cara-cara kaum sebelum kalian." (HR At-Tirmidzi)
Read more...

Pasal 3. Sikap Terhadap Pelaku Bid’ah dan Manhaj Ahlus Sunnah Dalam Menyanggah Pelaku Bid’ah

0 komentar


A. Sikap Ahlus Sunnah wal Jama'ah terhadap pelaku bid'ah

Dari Ummud Darda' radhiallahu 'anha , dia berkata: "Abud Darda' datang menemuiku dalam keadaan jengkel. Lalu aku bertanya: "Ada apa denganmu!" Dia menjawab: "Demi Allah, aku tidak melihat mereka sedikitpun berada pada ajaran Muhammad, hanya saja mereka semua melakukan shalat." (HR Al-Bukhari)

Dari Umar bin Yahya dia berkata: "Aku mendengar ayahku menceritakan dari bapaknya, dia berkata: "Adalah kami sedang duduk-duduk di pintu (rumah) Abdullah bin Mas'ud radhiallahu 'anhu sebelum shalat Dzuhur –(biasanya) bila dia keluar (dari rumahnya) kamipun pergi bersamanya ke mesjid-, tiba-tiba datang Abu Musa Al-Asy'ari radhiallahu 'anhu dan berkata: "Adakah Abu Abdir Rahman (Abdullah bin Mas'ud radhiallahu 'anhu) telah keluar pada kalian?"

Kami menjawab: "Belum," lalu dia pun duduk bersama kami sampai akhirnya Abdullah bin Mas'ud keluar. Setelah dia keluar, kami berdiri menemuinya dan Abu Musa Al-Asy'ari berkata: "Wahai Abu Abdi Rahman, tadi aku melihat dimasjid suatu perkara yang aku mengingkari, dan alhamdulillah aku tidak melihatnya kecuali kebaikan." Dia bertanya: "Apa itu?" Abu Musa menjawab: "Bila kau masih hdiup niscaya kau akan melihatnya sendiri."

Abu musa lalu berkata: "Aku melihat dimasjid beberapa kelompok orang yang duduk dalam bentuk lingkaran sambil menunggu (waktu) shalat. Dalam setiap lingkaran itu ada seseorang laki-laki dan ditangan tangan mereka ada batu-batu kecil, orang laki-laki itu berkata: "Bacalah takbir 100 kali," merekapun bertakbir 100 kali, kemudian berkata lagi: "bacalah tahlil 100 kali," merekapun bertahlil 100 kali, kemudian mereka berkata lagi: "Bacalah tasbih 100 kali," mereka pun bertasbih 100 kali. Abdullah bin Mas'ud bertanya: "Apa yang kamu katakan pada mereka!"

Abu Musa menjawab: "Aku tidak mengatakan apapun pada mereka, karena aku menunggu pendapatmu atau menunggu perintahmu!" Abudlllah bin Mas'ud menjawab: "Tidakkah kamu perintahkan pada mereka untuk menghitung kesalahan-kesalahan mereka, dan kau beri jaminan bagi mereka bahwa tidak ada sedikitupun dari kebaikan mereka yang akan hilang begitu saja?"

Kemudian dia pergi dan kami pun ikut bersamanya, hingga tiba disalah satu kelompok dari kelompok-kelompok (yang ada dimasjid) dan berdiri dihadapan mereka, lalu berkata: "Apa yang kalian sedang kerjakan?" Mereka menjawab: "Ya Abu Abdir Rahman, (ini adalah) batu-batu kecil yang kami gunakan untuk menghitung takbir, tahlil, tasbih dan tahmid."

Abdullah bin Mas'ud berkata: "Hitunglah kesalahan-kesalahan kalian. Aku akan menjamin bahwa tidak ada sedikitupun dari kebaikan-kebiakan kalian yang akan hilang begitu saja. Celaka kalian wahai umat Muhammad, alahkah cepatnya kebinasaan kalian, lihat sahabat-shabat Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam masih banyak, baju-baju beliau belum rusak dan bejana-bejana beliau belum pecah. Demi Allah yang jiwaku berada di tanganNya, sungguh (apakah) kalian ini berada pada ajaran yang lebih baik dari ajaran Muhammad ataukah kalian sedang membuka pintu kesesatan."

Mereka menjawab: "Demi Allah, wahai Abu Abdir Rahman, kami tidak menginginkan kecuali kebaikan." Abdulah bin Mas'ud berkata: "Betapa banyak orang yang menginginkan kebaikan tapi dia tidak dapat meraihnya, sesungguhnya Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda kepada kami bahwa ada sekelompok orang yang membaca Al-Qur'an tapi hanya sampai sebatas kerongkongan mereka saja. Demi Allah, aku tidak tahu barangkalai sebagian besar mereka dari kalian-kalian ini."

Kemudia dia pergi dan Amr bin Maslamah berkata: "Kami lihat sebagian besar mereka memerangi kita pada perang Nahrawan bersama dengan kelompok Khawarij." (HR Ad-Darimy)

Ada seorang laki-laki yang datang kepada Imam malik bin Anas rahimahullah, dia bertanya: "Darimana saya akan mulai berihram?" Imam Malik menjawab: "Dari Miqat yang ditentukan Rasulullah shallallahu 'alahi wa sallam yang beliau berihram dari sana. "Dia bertanya lagi:”Bagaimana jika aku berihram dari tempat yang lebih jauh dari itu?"
Dijawab: "Aku tidak setuju itu." Tanyanya lagi: "Apa yang tidak kau suka dari itu?" Imam malik berkata: "Aku takut kau terjatuh pada sebuah fitnah!" Dia berkata lagi: "Fitnah apa yang terjadi dalam menambah kebaikan?" Imam Malik berkata: Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman: "Maka hendaklah orang-orang yang menyalahi perintah Rasul takut akan ditimpa fitnah (cobaan) atau ditimpa adzab yang pedih." (An-Nur:63). Dan fitnah apakah yang lebih besar daripada engkau dikhususkan dengan sebuah karunia yang tidak diberikan kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam?"

B. Manhaj Ahlus Sunnah wal Jama'ah dalam menyanggah pelaku bid'ah
Misalnya :
  • Imam Ahmad yang menulis buku khusus membantah kelompok Jahmiyah
    Ustman bin Said Ad-Darimi
  • Karya karya Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah dan muridnya Ibnul Qayyim
  • Karya-karya Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab
Dimana dalam karya-karya tadi disebutkan sanggahan terhadap banyak lairan, juga sanggahan terhadap orang-orang Quburiyyun dan kelompok Sufiyah.


Read more...

Pasal 4. Beberapa contoh Bid’ah masa Kini

0 komentar



Bid'ah-bid'ah modern banyak sekali macamnya dikarenakan:
  • seiring dengan berlalunya zaman
  • sedikitnya ilmu
  • banyaknya para penyeru (dai) yang mengajak kepada bid'ah dan penyimpangan
  • merebaknya tasyabuh (meniru) orang-orang kafir, baik dalam masalah adat kebiasaan maupun ritual agama mereka
Hal ini menunjukkan kebenaran (fakta) sabda Nabi shalallahu 'alaihi wa sallam: "Sungguh kalian akan mengikuti cara-cara kaum sebelum kalian." (HR At Tirmidzi dan ia men-shahih-kannya)

A. Perayaan bertepatan dengan kelahiran Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam pada Bulan Rabi'ul Awal
Perayaan maulid Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam baru terjadi setelah abad ke empat Hijriyah, Imam Abu Ja'far Tajuddin berkata: "Saya tidak tahu bahwa perayaan ini mempunyai dasar dalam Kitab dan Sunnah, dan tidak ada pula keterangan yang dinukil bahwa hal tersebut pernah dilakukan oleh seorang dari para ulama yang merupakan panutan dalam beragama, yang sangat kuat dan berpegang teguh terhadap atsar (keterangan) generasi terdahulu. Perayaan itu tiada lain adalah bid'ah yang diada-adakan oleh orang-orang yang tidak punya pekerjaan dan merupakan tempat pelampiasan nafsu yang sangat dimanfaatkan oleh orang-orang yang hobi makan." (Risalatul Maurid fi Amalil Maulid)

Kecintaan dan penghormatan terhadap Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam tercermin dalam meniru, mentaati dan mengikuti perintah beliau, menghidupkan sunnah beliau baik lahir maupun bathin dan menyebarkan agama yang dibawanya, serta memperjuangkannya dengan hati, tangan dan lisan.

B. Tabarruk (mengambil berkah) dari tempat-tempat tertentu, barang-barang peninggalan, dan dari orang-orang baik, yang hidup ataupun yang sudah meninggal

Tabarruk (mengharap berkah) dari makhluk merupakan salah satu bentuk dari watsaniyah (pengabdian terhadap makhluk) dan juga dijadikan jaringan bisnis untuk mendapatkan uang dari orang-orang awam.

Read more...

Artikel Teratas

 
Mujahidin Indonesia © 2011 DheTemplate.com & Main Blogger. Supported by Makeityourring Diamond Engagement Rings

You can add link or short description here